Suatu malam bertemulah aku si putri cantik dari negeri awan dengan Paman Bulan di langit,
"halo Paman bulan" sapaku.
"halo awan kecil" jawabnya. Ya memang seperti itu ia memanggil ku, awan kecil.
Aku selalu kasian melihat paman bulan karena ia akan terus menjaga tidur semua orang di bumi seorang diri sepanjang malam. Terkadang aku ingin menemaninya hingga subuh nanti. Tetapi bibi Angin akan datang dan meniupkan kemarahan dinginnya hingga aku akan kembali jauh ke atas langit untuk beristirahat sebelum pagi datang.
Sementara siang datang, aku bertemu dengan wanita favoritku di langit! ya dia bibi Matahari, badannya yang hangat membuat aku terlihat lebih cantik saat berada di dekatnya.
"halo bibi Matahari" sapaku.
"halo awan kecil" jawabnya. Lalu aku pun terdiam, seperti mengingat sesuatu.
Malamnya aku kembali mencari paman Bulan, dan bertanya "Paman bulan, apakah kamu pernah berandai-andai untuk menjadi benda langit lainnya di kehidupan ini?".
"Tidak, bukan ingin menjadi benda langit lainnya awan kecil sayang. Paman ingin menjadi manusia" jawab Paman bulan.
"Paman, menjadi manusia itu tidak enak. Mereka hidup sangat rumit dan pelik. Hanya mondar-mandir dengan wajah berkerut sepanjang hari lalu tiba-tiba tertawa, menangis. Mereka itu aneh" ketusku.
Paman bulan hanya tertawa dan mengusap-ngusap lembut rambutku.
Bibi Matahari terlihat sangat sedih hari ini. Sepanjang hari kami para bangsa awan terus menemaninya dan mengerubunginya sehingga langit menjadi terasa gelap dan mendung. Ketika Senja datang dan Bibi Matahari harus pulang akhirnya ia bercerita kepadaku tentang hatinya.
Wah, Bibi Matahari sedang jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada sesuatu. Dia hanya bercerita bahwa "sesuatu" itu punya juga punya pancaran cahaya bagi bumi. Bedanya "sesuatu" itu punya sinar yang lebih indah, dan tenang serta tidak terik seperti Bibi Matahari. "Sesuatu" sangat sederhana dan setia, ia tetap hangat walau terus terpaksa menemani dingin. Paman bulan!
Malam hari itu aku menemui paman Bulan dan menceritakan semua kejadian di siang hari itu. Ia terlihat sangat sedih dan menyesal. Paman bulan juga ternyata jatuh cinta pada Bibi matahari.
Mereka jatuh cinta hanya karena pertemuan singkat dan samar-samar yang hanya jarang terjadi di di kala senja dan fajar pagi tiba
Esok harinya pun aku berencana untuk mempertemukan mereka di langit. Sebelum bibi Matahari pergi pada saat senja. aku membangunkan Paman bulan lebih awal dari tidur panjangnya. Aku menarik tangannya dan terus berlari. Sesampainya disana, langit sudah gelap dan Bibi Matahari samar-samar sudah pergi jauh ke tempat lain. Paman bulan dan aku tertunduk lesu.
Esok paginya aku dan Bibi Matahari meminta bantuan bibi Angin untuk membantu kami sampai di langit secepatnya agar dapat bertemu Paman Bulan. Kesal. Aku hanya selalu terlambat dan terlambat. Paman Bulan sudah tak terlihat.
Malam itu hujan deras karena aku menangis kesal. Paman Bulan datang dan mengusap-ngusap kepalaku. "Sudahlah awan kecil sayang, aku dan Bibi matahari akan baik-baik saja dan menyayangi seperti ini. Sampai kapanpun kami hanya akan bisa jatuh cinta sebagai suatu cerita yang jauh. Aku akan mengirim semua cerita padanya melalui awan-awan yang baik hati sperti mu."
"Ini pesan pertamaku untuknya ya" katanya.
Ia pun membisikkan beberapa baris kalimat padaku.
Paginya aku melihat bibi Matahari masih terus muram. Akupun datang dan membisikkan kalimat semalam padanya "Aku menyayangi mu Matahari, terus dan akan selalu. Tetaplah berada di langit dan menjadi kehangatan bagi semua alam semesta. Kehangatan mu pun akan terus berada di hati ku untuk menemani ku menjaga malam dingin."
Bibi Matahari memelukku dan kami menangis bersama. Hujan pun turun sangat deras pagi itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setiap kali aku melihat ke langit aku akan tersenyum melihat awan kecil yang slalu membawa semua cerita Paman bulan dan Bibi matahari dari jaman dahulu sampai aku menatap langit malam ini (: