About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful.

Kamis, 12 Juli 2012

halo july!

       Hidup ini rasanya menjadi lebih mudah ketika semua hal yang menjadi pusat adalah diri sendiri. Semua hal baik dan keberhasilan adalah emang dari usaha setengah mati gue dan ijin Sang Pencipta. Apapun yang gue bisa lakuin sendiri, sebisa mungkin akan gue lakukan sendiri. Tidak bergantung pada orang lain. Versi parahnya bahkan tidak mengharapkan partisipasi bantuan dari orang lain. Baik bantuan fisik ataupun moral. Tidak ada ekspektasi akan pentingnya orang lain. Sebentar, jangan salah kaprah dengan mengartikan ini sombong ataupun egois. Saya masih sangat peduli terhadap orang lain
         Tapi pernah merasa menyesal karena tau lu harusnya bisa melakukan sesuatu jauh lebih baik tapi karena mengharapkan atau berekspektasi lebih dari orang lain semuanya menjadi tidak maximal dan akhirnya cuma ada penyesalan?

Gue benci perasaan menyesal. Hidup dengan penyesalan itu bahkan jauh lebih menyedihkan daripada hidup dalam kesedihan. Oleh karena itu gue selalu berusaha yang terbaik dan maksimal di setiap kesempatan yang gue punya. Iya, gue ga sempurna, dan pernah mengecewakan. Bahkan yang paling bikin gue sedih adalah gue mengecewakan diri gue sendiri. Ini bodoh.

 Gue pernah ada di suatu area nyaman, area baik yang bikin gue benar-benar menjadi seorang yang gue suka lalu tiba-tiba keadaan berubah dan gue kehilangan..sbentar, tau kehilangan apa yg bikin gue bisa merasa sangat sedih? Iya, gue kehilangan diri gue sendiri.

Sekarang mungkin gue lagi di titik dimana gue benar-benar percaya "jangan percaya pada siapapun kecuali diri mu sendiri"
Titik dimana memaafkan diri sendiri menjadi hal yang buat gue acak-acakan saking sulitnya.
Titik dimana gue kembali lagi menjadi orang yang skeptis, bahkan kali ini akan sangat skeptis.
 1 hal yang syukurnya ga pernah hilang, adalah kesederhanaan yang gue suka, mencukupkan diri gue untuk dengan keadaan yang ada. Tidak berlebih jika memang tidak punya lebih. Bukan berarti tidak berusaha lebih, tapi besar pasak daripada tiang hanya akan merubuhkan segala sesuatunya.

      Kebahagiaan kita itu sumbernya hanya 1 yaitu dari diri kita masing-masing. Gimana isi hati lu, gimana pikiran lu, gimana cara lu menghargai sesuatu, gimana lu memaknai sesuatu. Gue masih jauh dari apa yang gue harapkan menjadi seorang "Angelia Novita Naibaho" dan bahkan menjadi seseorang yang ada dalam tulisan gue ini. Gue seorang pemimpi dari dulu hingga sekarang. Buat gue ga ada yang ga mungkin jika restu Tuhan ikut mengiringi. Jadi pasti masih bisa!

Semoga masih ada waktu yang cukup ya Gusti, beri saya kesempatan lagi..
Gue hanya tidak akan meninggalkan Gusti Allah dan maka semuanya akan baik-baik saja. Semoga tidak terlambat
Let's do our best, and let God do the rest.

 (tulisan ini dibuat semata-mata hanya sebagai pengingat karena dari dulu saya lebih suka melihat tulisan dibanding mendengarnya, memaklumi betapa pelupanya saya. Tidak suka berbicara terlalu banyak karena tindakan akan memperlihatkan lengkungan indahnya niat baik dan peluh usaha dengan lebih jelas dibanding apapun itu. Mari kita dengarkan ode pengusir sepi malam ini~)