About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful.

Rabu, 08 Desember 2010

(un)Happy [complicated version]

Setelah sekian lama tidak menulis , saya punya beberapa cerita yang ingin saya bagi dengan suasana malam yang dingin ini. Entah kenapa hujan terus mengguyur Bandung semenjak sore hingga malam ini. Ada sebuah cerita, tidak panjang, tidak rumit. Beberapa minggu yang lalu saya mendapatkan pesan singkat yang membawa saya kembali ke beberapa tahun yang lalu.
Mungkin terlalu naif rasanya jika kita selalu mengatakan kebahagiaan orang lain bisa membuat kita bahagia. Saya tau tidak begitu keadaannya. Tapi apa kebahagiaan namanya jika hanya kamu yang merasakannya? Apa kebahagiaan namanya jika kamu tidak membaginya dengan orang lain? Kebahagiaan mungkin memang datang sendiri tetapi ia akan pergi lebih cepat bila kamu tidak membaginya dengan orang lain. Sampai sekarang pun konsep ‘bahagia’ masih terasa sangat absurd buat saya, mungkin buat setiap orang. Sebenarnya sangat sederhana tapi sangat sulit dimengerti dan diungkapkan.
Beberapa tahun yang lalu pun terasa sama seperti ini. Kembali ke cerita tersebut, teman baik saya mengatakan bahwa ia akan berkunjung ke Bandung mengunjungi saya dan teman saya di Bandung. Setelah sekian lama akhirnya kesempatan ini datang juga. Proses yang sungguh sulit dan kompleks untuk kami bertemu dengan dia. Malam itu sekitar pukul 7 saya sampai di suatu FO terkenal di Bandung untuk menemui ia dan teman saya. Saya menyusuri toko itu dan mencari-cari si kecil wanita lara itu. Di suatu lorong saya melihatnya tersenyum. Melihatnya dan memeluknya.
Hal lainnya terjadi sekitar beberapa bulan yang lalu, Ayah saya akan berkunjung ke Bandung untuk mengurus beberapa urusan dan mengunjungi anak-anaknya di Bandung. Sesampainya di rumah saya melihat sosok itu. Masih kurus dengan tubuh tegapnya, masih sangat manis dengan kedua lesung pipinya , masih dengan senyum hangatnya yang membuat saya selalu merasakan kebaikan Tuhan selama 19 tahun ini.
Ketika mendapat hadiah, mendapat "keberuntungan", bisa tertawa sepuasnya, menghabiskan waktu tanpa masalah yang beruntun.
Mungkin itu yang namanya ‘bahagia’. Terlalu sederhana tapi kata-katapun tidak mampu menuliskannya. Tetapi dengan adanya masalah sana-sini, kejadian yang berat disana-sini, sakit sana-sini,lelah yang teramat sangat. Saya kembali mempertanyakan konsep ‘bahagia’ ini. too complicated.
Pesan singkat yang saya terima beberapa minggu yang lalu itu adalah “Kamu bahagia kan disana?” Sampai sekarang pesan singkat ini tidak saya balas. Entah apa jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan ini.