About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful.

Rabu, 22 Agustus 2012

kupu-kupu buruk rupa & bunga hutan (part1)


Dia adalah kupu-kupu paling sempurna di hutan ini.  Kedua matanya yang coklat, antena di kepalanya tergulung tegak sempurna, kelopak sayapnya yang berwarna biru disapu  serbuk emas yang berkilauan. Siapapun makhluk hutan yang melihatnya pasti akan terpukau. Sementara aku hanyalah kupu-kupu jelek dengan sayap berwarna kuning pucat. Sangat sulit untuk mendapatkan madu yang paling baik di hutan ini bila tidak memiliki kecantikan layaknya dia. Namanya pun secantik dirinya, Meryl.
“Naena, ayo cepat cari madunya kembali!” geram ibu.
Aku terkaget dan mulai terbang dengan malas.
Aku mulai perjalanan melelahkan ini dari kumpulan bunga mawar di dekat pohon-pohon rindang di tengah hutan. Selalu seperti ini aku hanya akan dicemooh oleh golongan bunga cantik ini. Aku pun beringsut pergi.
Berikutnya aku pergi ke bunga matahari, bunga yang  besar dengan madu yang sangat banyak pula. Akupun mulai menunggu dalam antrian yang panjangnya bisa membuat aku tidur disini hingga esok. Lama dan sangat lama aku mulai lemas. Tiba-tiba datanglah kupu-kupu cantik itu. Ia datang memutus antrian dan mengambil madu setengah dari persediaan bunga matahari. Aku kesal, sudah pasti madu tidak akan aku dapat hari ini.
Perjalanan pulang pun terasa seperti ditusuk duri-duri dari rawa hutan dengan perut lapar seperti ini. Tiba-tiba dari dalam hutan aku mendengar suara nyanyian. Tidak terlalu merdu tapi sangat menyenangkan. Aku pun terbang jauh kedalam hutan. Gelap dan mulai dingin, aku sadar ini sudah terlalu jauh! Namun suara nyanyian itu terus membuatku penasaran.
Betapa kecewanya aku karena sesampainya pada suara itu, yang aku lihat bunga-bunga buruk rupa berwarna kelabu kecoklatan, beberapa berlumpur dan baunya tidak terlalu enak.
“Apa yang kamu cari kupu-kupu kecil?” tanya salah satu bunga buruk rupa itu.
“Tidak ada, aku hanya tersesat dan ingin pulang” jawabku sambil bergegas pergi.
“Wajahmu terlihat sangat lelah. Kemarilah dan minumlah sedikit madu hutan ini” jawabnya ramah.
Perutku memang  sudah berontak karena sejak pagi belum makan. Maka akupun terbang mendekat dan mulai minum madu hutan itu.
“Wah ternyata madu hutan ini..

0 komentar:

Posting Komentar